Pages

Friday 23 July 2021

Untuk Uci.

 Bersimbah air mata Uci dihadapanku, dengan sisa-sisa suara yang masih ada, Uci berkata,

“Ca, aku mau lepas jilbab”

Tidak kutanya mengapa, hanya kupeluk dan kutenangkan dirinya. Pasti berat keputusannya, pasti takut dan gemetar hatinya akan konsekuensi yang akan dia dapatkan dari orang sekitar, dari keluarganya, dari orang-orang terdekatnya.

 Hanya menangis tersedu-sedu Uci dipelukanku, tidak ada sepatah katapun keluar setelahnya, hanya tangis yang kini terisak. Tangannya gemetaran, menggenggam tanganku erat. Oh, Uci temanku, sudah lama kita tidak bertegur sapa, ternyata berat pergulumanmu selama ini. Maafkan aku yang baru ada waktu, yang tidak bisa hadir didalam sesaknya pikiranmu.

 Tidak banyak yang kita bicarakan sore itu, hanya saling berpelukan menguatkan.

 Aku harap Uci tahu, bahwa orang-orang disekitarnya yang peduli dan sayang padanya tidak akan peduli dengan bagaimana dia mengekspresikan dirinya. Aku tahu bahwa Tuhan tetaplah penyayang. Semoga Uci dapat kuat dengan pandangan dan omongan orang-orang disekitarnya. Berbahagialah untuk dirimu sendiri dulu, Uci. Jangan dengarkan omongan orang yang tidak sayang padamu. Aku akan selalu disini mendukung semua keputusanmu, asalkan itu baik untukmu, dan tidak merugikan orang lain.

  

Oh, Uci temanku, bertahanlah dalam kesesakan, nanti kita beli es krim coklat ya.

No comments:

Post a Comment