Pages

Monday 4 February 2019

About My Mental Health

Kalau kalian ngikutin atau baca postingan-postingan saya yang sebelumnya kalian pasti notice saya sering bahas tentang binge eating, binge buying, boros luar biasa, kadang malas-malasan dikasur seharian.

Buat yang kenal saya didunia nyata pasti tau banget gimana saya. Orang-orang terdekat saya pasti juga udah tau gimana saya, mereka selalu bilang i only have 2 moods, either it's so happy or so sad, there's no in between. Dulu jaman saya masih sekolah saya sering banget nggak masuk sekolah. Bukan karna sakit tapi karna saya nggak kuat turun dari kasur, saya capek luar biasa. Disini saya juga mau cerita tentang peranan dengan siapa kita bergaul itu juga sangat penting.

Saya akhirnya memutuskan untuk konsultasi ke psychiatrist saat saya kelas 9 SMP, atas anjuran teman-teman circle saya. Waktu kelas 7 dan kelas 8 saya berteman dengan- saya nggak bisa bilang orang yang salah juga, hmm apa ya nama yang lebih tepat, intinya mereka bossy dan hanya berteman dengan saya karna satu-dua hal.

Saya ingat momen dimana saat itu saya sedangan dalam depression phase, saya sekuat tenaga masuk sekolah, mood saya bisa dikatakan jelek, saya tidur seharian dikelas, saya mudah marah, saya mudah menangis. Lalu beberapa hari berikutnya saya masuk ke-manic phase, dimana saya sangat bersemangat, bertenaga, ceria, percaya diri luar biasa. Ada teman saya yang notice, dan hanya berkata "kempes, kayanya ada yang salah sama kamu."
Awalnya hanya itu.

Lalu, dulu saya dan teman-teman satu circle saya sering pergi makan diluar, ada momen dimana kita tertawa terbahak-bahak, lalu tiba-tiba saya merasa sedih, saya menangis tersedu-sedu sampai tersungkur. Disitu saya benar-benar sadar untuk akhirnya mencari pertolongan-ini juga disarankan oleh beberapa teman dicircle saya. Oh iya tambahan, ketika saya dalam masa depresi ini saya sering berpikiran buruk, saya nggak berguna, saya bukan siapa-siapa, semua orang benci saya, bahkan beberapa kali saya self-harm dan percobaan bunuh diri. Kalau kalian sering merasa seperti ini, TOLONG DENGAN SEGERA KALIAN CARI BANTUAN PROFESIONAL.

Untuk berkonsultasi ke psychiatrist pada tahun itu (2009-red) sebenarnya saya takut dan ragu banget. Kesehatan mental belum terlalu terdengar ditahun tersebut, orang yang datang ke psychiatrist dicap sudah pasti orang gila pada waktu itu.

Tambahan kecil, semua keluarga saya nggak tau tentang perjalanan atau rekam medis kesehatan mental saya sampai saat ini. Dan saya tidak bisa cerita dengan mereka karna hanya akan disepelekan. Jadi intinya semua pengobatan dan biaya konsultasi saya usahakan sendiri, dulu saya sering kerja tambahan diwarnet. 😅

Akhirnya saya di-diagnosa mengalami Bolderline Personality Disorder (BPD), kalian bisa cari lebih lengkapnya digoogle. Dokter yang menangani saya ini sudah lumayan berumur (saya lupa namanya :( tapi dia dulu praktek di RS UGM) orangnya baik, dan sabar. Beberapa kali saya dianjurkan untuk rawat inap, tapi saya nggak bisa karna nanti ketauan orang tua saya bisa dimarahin abis-abisan.

Tapi sayang dokter baik yang nanganin saya, akhirnya harus dipindah tugaskan sepertinya, terus saya ketemu dokter yang lebih muda, saya nggak ngrasa cocok. Akhirnya saya berhenti konsultasi (uang juga jadi salah satu masalahnya sih ini, karna jaman SMK uang saya banyak dihabiskan untuk nge-print tugas dan laporan, dan saya nggak ada waktu lagi buat part time) nah disini letak kesalahan saya-berhenti konsultasi.

Karna saya tau beberapa macam obatnya, akhirnya saya cari sendiri dan sempat dikelas 11-12 SMK saya kecanduan obat tersebut. Ini salah banget, teman-teman jangan mencontoh perilaku saya ini ya. Tolong sekali cari pendampingan teman atau keluarga atau siapapun yang peduli sama kalian, mungkin karna dulu saya nihil pendampingan juga jadi semuanya saya putuskan sendiri.

Saya akhirnya benar-benar berhenti dari obat tersebut ketika Mbah Kakung meninggal, saya mulai-entah gimana bertekad untuk berpikir jernih. Kadang saya masih kalah sama omongan-omongan dikepala saya, tapi sekarang saya harus tau batasannya mana yang memang benar dan mana yang hanya dikepala saya saja. Kadang saya masih gampang sekali ter-trigger. Tapi ini semua proses, kita semua masih berproses dalam hidup ini. Apapun itu saya ingin berjuang untuk diri saya sendiri. Saya layak dan pantas mendapatkan yang terbaik. Kalian juga.

Kalau kalian butuh seseorang untuk cerita atau berkonsultasi, sekarang banyak form konsultasi berbasis online seperti ; riliv, hallodoc, dll. Kalau kalian mau curhat sama saya juga sangat nggak papa (sconcalves@yahoo.com)

Ingat ya, jangan self-diagnosed! Having depression bukan buat keren-kerenan aja, it's a serious problem dan jangan dengerin orang-orang yang bilang kalian gila hanya karna kalian cari pertolongan. Ingat kalau kalian sampai suicide mereka adalah orang yang akan mengaku-aku teman/kerabat kalian, kalau kalian merasa ada yang salah langsung cari professional untuk bantu kalian. Semoga kita semua sehat jiwa dan raga ya!

No comments:

Post a Comment