Pages

Thursday 28 June 2012

Maafkan Aku, Hatiku


                Setiap kata CINTA terdengar menari-nari mengejek ketidaktahuanku, bayangan indahmu berselebatan menghinggapi pikiranku yang masih bingung akan bayangmu. 
Mengapa bukan bayangannya, mengapa bayanganmu?
                Aku selalu berpikir, bahwa dialah yang aku cintai selama ini. Bahwa dialah yang aku inginkan selama hidupku. Tapi ternyata setiap darahku menginginkanmu, naluriku nyaman dibawah naungan lengan kokohmu. Entah sudah berapa lama otakku membohongiku, menutupi segala perkataan hatiku. Tapi, apakah ini juga cinta?
                CINTA, bagaimana? Sudah puaskah kamu, melihatku mencari jawaban di langit-langit kamarku? Mengapa? Aku kira naluri ini hanya sebatas kedekatan antar teman, namun lagi-lagi otak menyembunyikan kejujuran hatiku. Setiap lagu cinta terdengar genit membisikan liriknya, bayangmu sekali lagi mengambil tempatnya tak beranjak, kugelengkan kepalaku seakan bayangmu dapat tersibak dengan begitu, tidak, bayangmu kukuh tak beranjak.
                Maafkan aku, yang terlambat mengatakannya. Aku menyesal melihatmu menitikan bulir-bulir airmata itu dihadapanku, sungguh aku tidak menyangka bahwa aku juga mencintaimu, salahkan otakku yang berpresepsi kalau aku masih mencintainya, salahkan sikapku yang begitu nyaman dilengan kokohmu, salahkan canda tawa mu yang membuat aku tak berhenti tertawa, salahkan rambutmu yang tersibak alami dipermainkan oleh angin yang sepertinya dimabuk asmara dengan rambutmu, salahkan situasi yang mempertemukan kita. Tapi pada akhirnya, akulah yang harus kau persalahkan, aku yang bodoh, maafkan aku hatiku, aku tidak mendengarkanmu, maafkan aku juga hatiku, aku telah membuatmu sakit melihatnya merangkul wanita lain.
                Aku menyesal Tuhan. Aku menyasal Cing.


Teruntuk: Cacing.

No comments:

Post a Comment